“Dipuji sih, tapi kok malah sedih ya..”| Seni Menerima Umpan Balik Positif dan Pujian

Alvida Syifa
3 min readJun 7, 2020

“Syifa, hari ini baju nya lucu banget”
“Hemm, masa sih? udah lama kok inii”

sumber gambar: https://images.app.goo.gl/cqXjfhF8vcgakqV37

Umpan balik dikatakan sebagai salah satu hal yang sangat penting untuk meningkatkan performa seseorang baik dalam pekerjaan, akademis, atau hal lainnya yang terkait dengan kemampuan orang tersebut. Umpan balik sendiri juga dapat bersifat positif dalam bentuk pujian, penghargaan, apresiasi, dsb. Penelitian mengatakan, dalam konteks pekerjaan, adanya umpan balik yang positif dapat meningkatkan energi, engagement (rasa keterikatan dengan perusahaan), kepercayaan diri, dan well-being (kesejahteraan) karyawan.

Tapi pernah ga sih kalian mendapatkan pujian dan apresiasi dari orang lain tapi malah merasa ga nyaman?

Rasanya susah untuk menerima umpan balik tersebut. Kalian malah tidak percaya dengan yang mereka katakan, merasa terbebani, dan malah merasa ga pantas menerima pujian itu semua. Aneh bukan?

Salah satu alasan kenapa sulit menerima pujian dan apresiasi adalah karena rendahnya tingkat self-esteem (bagaimana manusia menghargai dirinya sendiri) yang dimiliki individu.

Ketika kita memiliki self esteem yang rendah, kita cenderung melihat dan menilai diri secara negatif. Pujian yang kita terima kontradiktif dengan penilaian yang kita miliki terhadap diri sendiri, sehingga kita menolak pujian tersebut. Hal ini dijelaskan oleh teori self-verification, yang mengatakan bahwa manusia menginginkan diri mereka dinilai sama seperti mereka menilai diri mereka sendiri. Kita akan mempertanyakan kebenaran dari pujian dan apresiasi yang kita dapatkan dan berpikir bahwa pujian tersebut hanya sekedar basa-basi atau bahkan suatu kebohongan.

Selain itu, rendahnya tingkat self-esteem ini juga membuat kita memandang bahwa pujian dan apresiasi yang diberikan oleh orang lain sebagai beban ekspektasi yang di letakan di pundak kita. Kita merasa setelah menerima suatu pujian kita memiliki tanggung jawab untuk mendorong diri kita agar lebih baik lagi di masa depan. Hal ini sulit karena individu dengan self esteem yang rendah biasanya juga memiliki kepercayaan yang rendah pula terhadap kemampuan yang ia miliki.

Ada penelitian menarik lainnya yang menuliskan bahwa adanya pemberian umpan balik positif yang berulang terhadap individu dengan kepercayaan terhadap kemampuan diri yang rendah, malah semakin membuat individu tersebut tidak dapat menerima umpan balik positif yang diberikan. Kita akan semakin melihat bahwa umpan balik positif yang diberikan tidak ada artinya.

Lalu, bagaimana cara untuk menghilangkan kebiasaan ‘menolak’ pujian dan apresiasi yang diberikan orang lain dan perlahan menerimanya?

Ada satu artikel yang menuliskan bahwa berdiskusi langsung dengan pemberi umpan balik positif akan membantu kita memperjelas hal hal yang sebelumnya kita anggap abstrak. Ketika pemikiran yang kontradiktif antara penilaian kita terhadap diri sendiri dengan penilaian orang lain terhadap diri kita ini sudah terlalu mengganggu kita, ada baiknya kita coba tanyakan langsung kepada pemberi umpan balik, hal hal kongkrit apa yang ia apresiasi. Penelitian mengatakan bahwa umpan balik positif yang bersifat kongkrit dan jelas lebih mudah diterima dibandingkan hanya sebuah kalimat positif biasa seperti “good job!” atau “well done!”. Dengan berdiskusi secara langsung, kita juga bisa menanyakan dan memahami ekspektasi yang diberikan oleh pemberi umpan balik terhadap diri kita kedepannya. Hal ini kemudian akan membuat diri kita lebih mudah menerima segala bentuk umpan balik positif baik itu apresiasi, pujian, atau pengharagaan sekali pun.

Hal lain yang mungkin bisa kita latih untuk lebih mudah menerima pujian dari orang lain adalah dengan membiasakan diri mengucapkan “Terimakasih!” setiap kali ada yang mengapresiasi hasil kerja kita. Sesederhana mengucapkan “terimakasih” saja tanpa perlu menambahkan alasan atau pengalihan lain setelah kata itu.

Misalnya, hari ini di kantor ada yang memuji materi presentasi yang kamu buat, ucapkan lah terimakasih, dan tidak perlu menambahkan kalimat lain seperti “ini biasa aja kok..” atau “masih banyak yang perlu diperbaikin sih tapi..”. Cukup senyum, terima pujian itu, terus bilang “Terimakasih!”. Kalaupun kamu masih merasa masih kurang dan masih banyak yang perlu diperbaiki, mungkin bisa tanyakan saja ke mereka dengan berkata “Kalau dari kamu sendiri ada masukan ga supaya mungkin bisa lebih baik lagi?”. Atau, apresiasi kembali orang tersebut dengan berkata “Aku juga suka kalau kamu lagi presentasi karena intonasi bicara mu jelas, aku belajar juga dari kamu”.

Memang tidak mudah. Penulis sendiri juga masih belajar menerapkan ini semua dan sering kali masih merasa kesulitan. Tapi ada satu pesan yang masih penulis ingat dari seseorang “Kalau kita sendiri ga melihat/mengakui potensi kita, gimana orang lain mau mengakui potensi kita?”

Bahwa tugas manusia itu untuk menerima diri mereka dan kemampuan mereka sendiri dulu, jadi ketika ada orang lain yang juga mengakui dan memvalidasi kemampuan kita, itu kita anggap bonus.

Yuk, coba bareng yuk!

--

--

Alvida Syifa

Human’s mind and behavior, self-compassion, mindfulness, education, well-being, personal growth, and humanity enthusiast