What You Believe Matters to Children Ability in School

Alvida Syifa
2 min readMay 9, 2020

Cinderella’s mom: “I believe in everything..”

Little Cinderella: “Then I believe in everything too!”

Manusia memiliki self-concept atau gambaran mental secara deskriptif dan evaluatif pada dirinya sendiri (Papalia & Martorell, 2013). Self-concept ini sudah ada dan terus terbentuk sejak kecil. Agen lingkungan yang memengaruhi pembentukan self-concept ini yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat (Berns, 2010).

Sebelumnya banyak penelitian yang menggambarkan bagaimana self-concept pada anak dapat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang tua dan lingkungan sekolahnya (Dermitzaki & Efklides, 2000; Pesu, Viljantara, & Aunola, 2016). Misalnya, orang tua akan mengatakan pada anaknya bahwa mereka percaya anak akan melakukan yang terbaik di sekolah. Orang tua juga selalu memberikan feedback yang baik ketika anak mendapatkan nilai bagus di sekolah. Lalu, orang tua juga akan mencoba membantu anak dalam menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah. Hal ini kemudian dapat membuat anak merasa bahwa mereka mampu memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan tugas sekolah. Perlakukan dan keyakinan yang diberikan orang tua pada anak akan membentuk self-concept of ability anak dalam performa nya di sekolah (Gniewosz, 2014; Pesu, Viljaranta, & Aunola, 2016). Self-concept of ability sendiri adalah persepsi individu pada kemampuanya di salah satu bidang (Wigfiels & Eccles, 2000; Pesu, Viljaranta, & Aunola, 2016).

Orang tua yang menganggap anaknya tidak menampilkan performa yang baik di tugas matematika, dan berpikir bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk anaknya, memiliki anak dengan self-concept of ability berhitung yang rendah (Parson dkk, 1982; Pesu, Viljaranta, & Aunola, 2016).

Selain keyakinan dari orang tua, self-concept of ability anak juga dipengaruhi oleh keyakinan guru di sekolahnya. Guru yang yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap kemampuan membaca dan berhitung siswanya akan membuat self-concept of ability siswa dalam bidang berhitung dan membaca tinggi pula (Pesu, Viljaranta, & Aunola, 2016). Begitu pula sebaliknya, jika guru memiliki ekspektasi rendah terhadap kemampuan membaca dan berhitung anak maka self-concept of ability yang terbentuk pada anak juga akan rendah pula.

Baik guru dan orang tua harus sama sama memiliki keyakinan bahwa setiap anak memiliki potensi nya masing-masing untuk berkembang.

Hal ini demi menumbuhkan keyakinan anak terhadap kemampuannya sendiri dalam melakukan kewajiban-kewajibannya di sekolah. Coba perlahan berikan umpan balik konstruktif untuk anak, apresiasi setiap hal yang berhasil ia selesaikan. Berhati-hati lah dengan pendapat yang orang tua dan guru miliki. Tanamkan dari awal bahwa anak mampu dan semua mudah jika bersama-sama dicoba. Selanjutnya, coba biarkanlah anak mulai menilai kemampuannya dari pengalamannya sendiri.

Sources:

  • Berns, Roberta M. (2010). Child, Family, School, Community: Socialization and Support. 8th edition. California: WTo[ik 1-adsworth.
  • Papalia, D. E. (2013). Experience Human Development. 13th edition. New York: McGraw-Hill
  • Pesu, L., Viljaranta, J., & Aunola, K. (2016). The Role of Parents’ and Teachers’ Beliefs in Children’s Self-Concept Development. http://remote- lib.ui.ac.id:2057/science/article/pii/S019339731630020X

--

--

Alvida Syifa

Human’s mind and behavior, self-compassion, mindfulness, education, well-being, personal growth, and humanity enthusiast